Senin, 16 Juli 2012

KATA PENGANTAR


            Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya karena telah berkesempatan membuat wayang kulit dengan mempola/corekan (bahasa Jawa) sendiri, yang hal ini merupakan kegemaran saya sejak saya masih anak-anak. Di samping kesempatan memfoto sekaligus membukukan. Walaupun ada juga beberapa wayang yang saya peroleh dari para seniman dan perajin wayang di daerah Surakarta dan Jakarta.

            Sepantasnyalah terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada:
Pertama, almarhum Ki Redigito, bapak saudara F.Sugiri (Museum SENAWANGI Jakarta Kota), yang telah banyak memberikan petunjuk dalam membuat pola/corekan di kulit sebelum ditatah.     
Kedua, saudara F.Sugiri sendiri, karena beliaulah saya berkesempatan memperoleh informasi-informasi dari kepustakaan wayang yang ada di museum SENAWANGI Jakarta Kota.
Ketiga, almarhum saudara Djumadi, penyungging wayang terbaik di Pasar Seni Jaya Ancol, karena beliaulah saya mendapatkan petunjuk dalam teknis penyunggingan wayang.
Keempat, saudara Biman, penyungging wayang terbaik di desa seni TMII, atas segala bantuannya dalam mencarikan penyungging dan cempurit/gapit wayang yang baik sehingga wayang ini selesai dibuat.
Kelima, para penatah (khususnya almarhum saudara Supardi) dan penyungging (saudara Sumanto, Kasidi, Hasan, Wadi, Maryadi dll) serta semua pihak yang telah membantu pembuatan wayang  kulit purwa gaya Surakarta ini.
Keenam,  saudara Nugrahani Indra S., S. Kom., ahli komputer di PERTAMINA Maritime Training Center, yang telah membantu memindahkan tulisan ini dari program Word Star ke program Office.

            Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan wayang ini adalah:
Kulit kerbau, saya peroleh dari almarhum saudara Mardjijo, dukuh Gebangan, desa Nglebak, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta dan saudara Suprihono, Gendeng, Bangunjiwo, Kasihan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Cempurit tanduk kerbau bule saya peroleh dari almarhum saudara Redjo Ngalimin, dan putrinya mbak Awitini dukuh Kuwel, desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Gegel Kuningan dan Tuding Bambu saya peroleh dari Ki Sutadi, desa Grasak, Gondang, Kabupaten Sragen.
Pewarna, cat air Sakura Poster Color dan bahan sablon dilarutkan dalam rakol cair.
Warna Emas, dari kepingan prada/kimpok (bahasa Cina), saya peroleh dari toko obat Cina, Bintang Terang, Glodok Jakarta Kota.

            Jumlah koleksi wayang ini sebanyak lebih dari 500 buah, di mana saya sendiri yang mengeluk, memasang cempurit/gapitnya. Dengan panjang simpingan lebih dari tujuh setengah meter di masing-masing sisi (pernah saya coba perdana dengan Dalang Ki Manteb Sudharsono), dan wayang-wayang ini akan saya tunjukkan seluruhnya dalam buku sekecil ini, di mana meliputi wayang-wayang simpingan dan dudahan, sehingga akan menambah tebalnya buku. Namun dari sejumlah itu, saya rasakan masih kurang lengkap. Mengingat banyaknya tokoh wayang yang belum sempat saya buat. Hal ini dikarenakan: dalam pakeliran-pakeliran wujud sebenarnya tokoh-tokoh wayang yang kurang banyak dikenal/kurang populer/kurang dianggap baku jarang dibuat orang dan jarang ditunjukkan dalam pakeliran sehingga saya sulit memperoleh bahan referensi (wayang-wayang tersebut sering digantikan wayang lain atau wayang srambahan, ujud sebenarnya tidak pernah ditampilkan di kelir). Walaupun tidak sedikit pula bahan referensi saya peroleh dari internet, face book dari para  Dalang, pemikir, kreator, penggemar dan pencinta wayang yang telah banyak menampilkan koleksi wayangnya sehingga saya dapat membuat sket/ corekan tokoh-tokoh yang demikian. Namun demikian saya masih harus banyak juga menafsirkan wayang-wayang yang tidak popular, wayang-wayang yang dalam cerita sekali keluar langsung mati. Di samping keterbatasan dana dan waktu pulalah yang mengharuskan saya terbatas juga dalam melengkapi jumlah wayang ini. Walaupun saya telah membuat wayang satu demi satu dalam waktu tidak kurang dari 30 tahun.

            Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian juga dalam buku ini. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun, saya terima dengan senang hati.




                                                                                         Jakarta, 16 Juli 2008
Penyunting:







 SUWADI KRIJO TARUNO





Tidak ada komentar:

Posting Komentar